Khutbah Pertama:
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ
أَمَّا
بَعْدُ
أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى
أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى
Kaum
muslimin yang dirahmati Allah, bertakwalah kepada-Nya. Bersyukurlah atas nikmat
yang telah Dia berikan, di antaranya adalah nikmat anak, baik anak laki-laki
maupun anak perempuan.
Ketahuilah
bahwa nikmat ini juga sekaligus merupakan ujian bagi seorang hamba. Anak pula
merupakan anugerah yang menjadi penyejuk pandangan di dunia dan akhirat. Ia
juga bisa membuat hati berbunga-bunga bahagia dan jiwa terasa lapang. Anak bisa
menjadi penolong dalam mengarungi kehidupan dunia dan doa ketika memasuki
gerbang akhirat. Mereka yang berkumpul dengan anak-anaknya di dunia dalam
keadaan taat, maka akan dikumpulkan Allah di akhirat dalam kemuliaan. Allah
Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ
آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ
ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ ۚ كُلُّ امْرِئٍ
بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
“Dan
orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam
keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada
mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan
apa yang dikerjakannya.” (QS. Ath-Thur: 21).
Yaitu,
apabila salah satu dari mereka berada di derajat yang tinggi dan satu lagi di
bawah, maka Allah kumpulkan di derajat yang tinggi. Sehingga mereka bisa
berkumpul sebagaimana mereka dahulu di dunia dikumpulkan.
Saudara-saudaraku
seiman,
Sesungguhnya
anugerah ini adalah anugerah yang agung. Yang bisa diwujudkan apabila orang
tua, baik ayah maupun ibu, memiliki rasa tanggung jawab terhadap anak-anaknya.
Karena merekalah yang membing sang anak di lingkungan pertama mereka. Mereka
bertanggung jawab dalam membimbing anak-anaknya.
Hendaknya
orang tua mendidik anak laki-laki dan perempuan dengan apa yang telah diwajibkan
atas mereka. Memberikan perhatian, bimbingan, dan arahan yang baik. Sehingga
orang tua kelak akan meninggalkan generasi yang baik, yang bermanfaat untuk
dirinya dan umat Islam. Ketika seorang hamba memperbaiki antara dirinya dengan
Allah, maka Allah akan memperbaiki hubungannya dengan sesama makhluk.
Tentu
saja membimbing anak harus diiringi dengan niat yang baik, memohon pertolongan
kepada Allah, memperbanyak doa yang penuh harap kepada Allah. Allah Ta’ala
berfirman,
وَالَّذِينَ
يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Dan
orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami
isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Furqon: 74).
Orang-orang
yang memohon demikian, mereka tidaklah hanya duduk-duduk saja tanpa melakukan
apapun. Syariat dan logika manusia mengatakan bahwa hal ini perlu usaha. Jika
kita memohon sesuatu kepada Allah, kita harus mengusahakannya dengan perbuatan
kita sebagai bentuk sebab-akibat. Misalnya seseorang meminta kepada Allah
rezeki, ia haru berusaha menempuh sebab tergapainya rezeki. Demikian juga orang
yang meminta keturunan, ia harus berusaha dengan menikahi seseorang. Orang yang
meminta ditambahkan ilmu dan pemahaman, ia harus berusaha dengan belajar. Orang
yang meminta surga, maka ia harus menggapai sebabnya dengan mengamalkan amalan
shaleh yang bisa mengantarkannya ke surga.
Demikianlah,
ketika seseorang meminta keturunan yang shaleh yang bisa menjadi penyejuk
hatinya, maka ia harus berusaha dengan kemampuannya. Baru setelah itu ia
merasakan bahwa anak yang shaleh adalah karunia yang agung.
Hal
lainnya yang harus diperhatikan. Anak itu terkada bisa menjadi ujian dan
kejelekan bagi keluarga dan masyarakat. yang demikian lantaran kedua orang tua
tidak melakukan apa yang Allah wajibkan atas keduanya. Tidak melakukan
pendidikan, perhatian, dan bimbingan secara maksimal. Kita lihat ada terkadang
seseorang merasa malas mendidik anaknya. Ia tidak memberikan arahan yang baik
terhadap buah hatinya. Akhirnya, ia pun terputus dari kemanfaatan di dunia dan
akhirat. Jadilah ia seorang yang merugi dan menyesal. Allah Ta’ala berfirman,
فَاعْبُدُوا
مَا شِئْتُمْ مِنْ دُونِهِ ۗ قُلْ إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا
أَنْفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ أَلَا ذَٰلِكَ هُوَ
الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
Katakanlah:
“Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri
mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat”. Ingatlah yang demikian itu
adalah kerugian yang nyata. (QS. Az-Zumar: 15).
Namun
ada fenomena yang mengherankan. Ada seseorang yang sibuk dengan
menginvestasikan hartanya, menjaga, memperhatikannya, memeliharanya, dan pikiran
dan badannya disibukkan dengan hartanya, bahkan istirahat dan tidurnya pun
bersama hartanya, bersamaan dengan itumereka lupa dengan istri dan anak-anak
mereka.
Tentunya
kita bertanya, apa artinya harta itu disbanding dengan istri dan anak-anak?
Bukankah akan lebih baik bagi mereka, jika seandainya meluangkan waktu, tenaga,
dan pikiran mereka untuk mendidik istri dan anak-anak? Dengan hal itu mereka
akan menjadi orang-orang yang bersyukur dan melaksanakan perintah Allah. Allah
Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا
النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ
اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim:
6).
Allah
Ta’ala meletakkan peranan kita dalam ayat ini. Ia menaruh tanggung jawab dan
memerintahkan kita untuk menjagai diri dan keluarga dari api neraka. Dia tidak
memerintahkan kita untuk mejagai dari diri kita saja, akan tetapi Dia firmankan
untuk mejaga diri kita dan keluarga kita. Oleh karena itu, sangat mengherankan
orang-orang yang meremehkan perintah Allah dalam menunaikan hak istri dan
anak-anak.
Seandainya,
api di dunia ini membakar anak-anak mereka, atau hanya sekedar hamper membakar
anak mereka, niscaya mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelematkannya.
Dengan segera mereka akan mencarikan dokter untuk mengobati luka bakar yang
diderita anaknya. Lalu bagaimana bisa mereka merasa aman dari api akhirat?
Mereka tidak berupaya untuk menjauhkan istri dan anak-anak mereka darinya. Kita
tidak mengerti, apakah orang yang melakukan demikian ini ragu akan api yang ada
di akhirat, ataukah lalai, atau mereka orang-orang yang menyombongkan diri?
Semoga
Allah memberikan hidayah kepada kita semua.
Saudara-saudaraku
seiman,
Sesungguhnya
wajib bagi kita semua untuk mengawasi anak-anak kita dalam tindak-tanduk yang
mereka lakukan. Memperhatikan mereka di kalangan pergaulannya, saat mereka
sendiri, sampai-sampai terhadap apa yang mereka lakukan. Beri motivasi dan
pujian atas kebaikan yang mereka lakukan. Nasihati dan tegurlah mereka tatkala
melakukan kesalahan. Jangan tergesa-gesa memarahi mereka apabila mereka tidak
segera menunaikan apa yang kita perintahkan. Terus ulangi ajakan kebaikan itu
dengan lemah lembut dan dengan cara yang mereka ridhai berdasarkan bimbingan
Alquran, Sunnah, dan pikiran yang bersih. Dan jangan jauhi mereka.
Salah
satu bentuk musibah bagi seseorang adalah ketika ia tidak memiliki kedekatan
dengan anak-anak mereka dan tidak mendidik mereka dengan didikan yang baik.
Orang tua juga hendaknya menginstrospeksi diri, apakah yang sudah dilakukan
membuat mereka jauh?, apakah yang sudah dilakukan berdampak baik untuk mereka?.
Jauhkan
dari anak-anak kita pemikiran-pemikiran yang jelek, pemikiran yang menyimpang,
dan akhlak-akhlak yang merusak. Hal itu akan menumbuhkan generasi yang rusak
pula. Generasi yang tidak dibina untuk mengabdi kepada Allah dan memiliki
kemanfaatan untuk sesama. Generasi yang gamang dan bombing, tidak mengenal yang
ma’ruf sebagai sesuatu yang baik dan tidak mampu membedakan yang mungkar
sehingga bisa menjauhinya. Mereka bebas dari segala ikatan, kecuali ikatan
setan. Mereka bebas dari segala pengabdian, kecuali mengabdi kepada syahwat dan
kecongkakan. Inilah sebuah konsekuensi logis, bagi mereka yang menyia-nyiakan
hak Allah di dalam pendidikan istri dan anak-anaknya. Tidak ada yang bisa
terlepas dari yang demikian, kecuali bagi mereka yang dikehendaki Allah.
Saudara-saudaraku
seiman,
Sebagian
orang mengatakan “saya tidak bisa mendidik anak-anak saya karena mereka sudah
besar dan telah mandiri”. Kalau kita perhatikan orang-orang demikian, mereka
tidak mampu menasihati sang anak tatkala dewasa, entah sang anak membantahnya
atau selainnya. Hal ini disebabkan karena orang tua adalah orang yang lalai
terhadap perintah-perintah Allah terhadap anak-anaknya, sehingga jatuhlah
wibawanya di hadapan sang anak.
Mereka
lalai terhadap perintah Allah terhadap anak-anak mereka saat sang anak masih
kecil. Mereka berpaling dan meninggalkan anak-anak mereka. Tidak bertanya
tentang keadaan mereka. Dan tidak juga terbiasa berkumpul bersama mereka. Tidak
berkumpul di saat makan siang, makan malam, dan dalam kegiatan lainnya.
Sehingga muncullah jarak antara dirinya dan anak-anak. Anak-anak pun lari
menjauh.
Seandainya
mereka bertakwa kepada Allah sejak mula. Memperhatikan pendidikan anak sejak
mereka masih kecil. pasti Allah akan memperbaiki hubungan mereka di dunia dan
akhirat. Allah Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا.
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَنْ يُطِعِ
اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan
mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya,
maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al-Ahzab:
70-71).
Ayyuhal
muslimun,
Di
masa-masa kegiatan belajar mengajar sedang aktif, sekolah mengambil waktu kita
dan anak begitu banyak. Adapun di saat libur, kita banyak memiliki waktu luang
dengan anak-anak kita, maka manfaatkanlah.
Saat
libur waktu senggang, pikiran mereka juga tidak terbebani dengan sekolah, maka
orang tua hendaknya memenuhi kekosongan tersebut dan memanfaatkan waktu-waktu
tersebut. Mengajarkan kepada anak sesuatu yang bermanfaat, sehingga pikiran dan
aktivitas mereka tidak tersisi dengan hal-hal yang sia-sia atau bahkan
merugikan mereka.
Saat
liburan, kita tunjukkan kesungguhan kita untuk berdekatan bersama mereka. Kita
tunjukkan kesungguhan kita dalam pengarahan dan pendidikan. Saat itu pula kita
curahkan perhatian kita, jangan sampai anak-anak mengisi kekosongan mereka
dengan buku-buku dan majalah-majalah yang berisikan hal-hal yang merusak,
pemikiran-pemikiran yang menyimpang, dan akhlak yang rendah. Dan hendaknya kita
juga tidak memilih kota-kota atau bahkan negara-negara yang bisa merusak akidah
dan akhlak sebagai tempat berlibur dan tujuan wisata.
Tidak
kita ragukan lagi, sebagian tempat atau negara tujuan wisata adalah negara yang
rusak. Banyak terdapat hal-hal yang mengundang syahwat dan merusak pemikiran.
Semoga Allah melindungi kita dari hal-hal yang dapat merusak agama dan dunia
kita.
اَللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي مَقَامِنَا هَذَا أَنْ تَوْفِقَنَا لِلْقِيَامِ بِمَا
أَوْجَبْتَ عَلَيْنَا وَأَنْ نَكُوْنَ مِنْ عِبَادِكَ المُخْبِتِيْنَ
الصَّادِقِيْنَ البَارِيْنَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ إِنَّكَ جَوَادٌ كَرِيْمٌ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى
نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ .
Khutbah Kedua:
الحمد
لله حمدا كثيرا طيبا مباركا فيه وأشهد الا اله الا الله وحده لا شريك له شهادة
نرجو بها النجاة يوم نلاقيه وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله
وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين
أما
بعد
Kaum
muslimin rahimakumullah,
Di
antara pendidikan yang sangat baik terhadap anak saat usia dini adalah
membacakan kepada mereka perjalanan hidup orang-orang shaleh dari kalangan para
nabi, rasul, dan sahabat. Tanamkan kecintaan anak-anak pada mereka. Agar mereka
cinta kepada orang shaleh dan amalan shaleh.
Mengajarkan
anak-anak dengan cerita kehidupan para sahabat akan menanamkan kepada anak
bagaimana mereka memandang dunia. Di antara para sahabat adalah orang-orang
yang kaya. Namun mereka tidak pernah menaruh dunia di hati mereka. Di antara
para sahabat ada pula orang-orang yang misikin, namun mereka tidak pernah
kecewa dengan luputnya dunia dari mereka.
Profil
sahabat Nabi akan mengajarkan mereka bagaimana Allah itu diagungkan, bagaimana
Nabi Muhammad itu dicintai, dan bagaimana Islam itu diperjuangkan. Para sahabat
juga memiliki hikmah yang tinggi dalam lingkungan sosial dan bagaimana mulianya
akhlak mereka terhadap orang-orang non-Islam.
Kita
masukkan pemikiran ini dari sumber-sumber yang murni. Kita tanamkan ini pada
diri-diri mereka sebelum mereka mengenal pemikiran-pemikiran yang
mendeskreditkan Nabi dan para sahabatnya. Kita jadikan mereka memegang prinsip
ini, sebelum pemikiran-pemikiran yang menyimpang menyambar mereka.
Kaum
muslimini rahimakumullah,
Semoga
Allah Ta’ala melindungi kita, istri-istri kita, dan anak-anak kita. Semoga Dia
memberikan taufik kepada kita untuk terus meniti jalan-Nya yang lurus, jalan
yang Dia ridhai dan cintai.
وَاعْلَمُوْا
أَنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الُهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثاَتُهَا
وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ فِي الدِّيْنِ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
فَعَلَيْكُمْ
بِالْجَمَاعَةِ اِجْتَمِعُوْا وَلَا تَتَفَرَّقُوْا اِجْتَمِعُوْا عَلَى دِيْنِ
اللهِ اِجْتَمِعُوْا عَلَى مَا فِيْهِ الصَّلَاحُ فِي دِيْنِكُمْ وَدُنْيَاكُمْ
فَإِنَّ يَدَ اللهِ عَلَى الْجَمَاعَةِ وَمَنْ شَذَّ، شَذَّ فِي النَّارِ
وَأَكْثِرُوْا
مِنَ الصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى النَّبِي مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَإِنَّ مَنْ صَلَّى عَلَيْهِ مَرَّةً وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
بِهَا عَشْرًا اَللَّهُمَّ صَلِّي وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ
مُحَمَّدٍ اَللَّهُمَّ ارْزُقْنَا مَحَبَّتَهُ وَاتِّبَاعَهُ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا
اَللَّهُمَّ تَوَفَّنَا عَلَى مِلَّتَهُ اَللَّهُمَّ احْشُرْنَا فِي زَمْرَتِهِ
اَللَّهُمَّ اسْقِنَا مِنْ حَوْضِهِ اَللَّهُمَّ أَدْخِلْنَا فِي شَفَاعَتِهِ
اَللَّهُمَّ اجْمَعْنَا بِهِ فِي جَنَّاتٍ النَّعِيْمٍ مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ
عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ
وَالصَّالِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ ارْضَى عَنْ خُلَفَائِهِ الرَاشِدِيْنَ وَعَنِ
الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ عَنِ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا
بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوْبِنَا غَلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا
رَبَّنَا إِنَّكَ الرَؤُوْفُ الرَحِيْمُ أَمَّا بَعْدُ.
فَقَدْ
قَالَ اللهُ تَعَالَى: (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا.يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
(إِنَّا
عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ
أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ ۖ إِنَّهُ
كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا لِيُعَذِّبَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ
وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ وَيَتُوبَ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا(