1.
Pengertian Analogi
Analogi adalah kesimpulan
yang ditarik dengan jalan menyampaikan memperbandimgan suatu fakta khusus
dengan fakta khusus lainnya. Pemikiran ini
juga biasa disebut pemikiran melalui persamaan atau pemikiran melalui analogi,
atau disebut analogi logis.
Analogi dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a.
Analogi Deklaratif
Analogi deklaratif atau biasa disebut dengan
analogi penjelas merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu
yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Sejak
zaman dahulu analogi deklaratif merupakan cara yang amat dan bermanfaat
untuk menjelaskan masalah yang hendak diterangkan.
Contoh: Ilmu
pengetahuan itu dibangun oleh fakta-fakta (empiris) sebagaimana
rumah itu dibangun oleh batu-batu. Tetapi tidak semua kumpulan pengetahuan itu
ilmu, sebagaimana tidak semua tumpukan batu adalah rumah.[1]
b.
Analogi Argumentatif
Analogi Argumentatif metode yang didasarkan
pada kesimpulan bahwa apabila suatu hal mempunyai satu atau lebih ciri yang
sama seperti terdapat pada suatu hal lain. Maka ciri-ciri lainnya dari hal yang
pertama itu juga dimiliki oleh hal yang kedua tersebut. Dengan kata lain, analogi jenis ini merupakan analogi yang
disusun berdasarkan persamaan principal yang ada pada dua fenomena, kemudia
ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama ada juga pada
fenomena yang kedua. Analogi argumentatif juga biasa disebut dengan
analogi induktif.
Contoh: Anjing hitam
menyalak, mengejar orang dan menggigit. Anjing coklat
menyalak dan mengejar orang. Walaupun
analogi argumentatif tidak pernah dapat dikatakan “valid”, dalam arti
bahwa kesimpulan dari argument-argument itu bersumber pada
premis-premisnya dengan keniscayaan analogikal, namun terhadap
argument-argument analogikal itu kita dapat menyatakan bahwa argument yang satu
lebih meyakinkan ketimbang yang lainnya. Analogi argumentatif dapat dinilai
berdasarkan probabilitas tentang sejauh mana argument tersebut mendukung
kesimpulannya.[2]
[1]
Sidharta,
Arief, 2010, Pengantar Logika, (Bandung: Refika Aditama), hlm. 76-79
[2]
The Liang Gie,
1980, Kamus Logika, edisi kedua. hlm. 30